Cupang, dari Hobi, Budidaya dan Menjadi Penghasilan

Cupang, dari Hobi, Budidaya dan Menjadi Penghasilan

Cupang, dari Hobi, Budidaya dan Menjadi Penghasilan

Serang, 26/11/20. Di masa pandemi ini banyak orang yang melakukan aktifitasnya di rumah saja, dan banyak diantaranya ingin melanjutkan atau memulai hobi barunya, mungkin ada sebagian orang bingung ingin memulai hobi apa? Bagaimana jika memelihara ikan hias khususnya ikan cupang bisa menjadi salah satu pilihan yang menarik bukan?.

Akhir-akhir ini ikan cupang menjadi primadona dikalangan pencinta ikan hias, perawatan yang mudah, tak perlu tempat yang besar, masa hidup yang panjang dan keindahan bentuk tubuh ikan itu sendiri. Dwi Yatno atau sering dipanggil Dwi Betta salah satu penggiat cupang di kota Serang, berawal dari hobi, sampai mendirikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), hobi memelihara cupang diakui oleh Dwi sudah ia tekuni saat masih di bangku sekolah Dasar, dulu Dwi adalah seorang karyawan swasta, setelah berhenti dari seorang pegawai Dwi memutuskan membuka usaha ikan cupang yang disebut Pengkolan Betta. Sebutan itu muncul dari pelanggan sendiri karena posisi tokonya tepat berada di tikungan Jl. Hs. Khozin menuju Jl. Bhayangkara, atau sering disebut jalan tembusan Bhayangkara.

Dwi memulai bisnisnya berawal dari kecintaannya terhadap ikan cupang atau Betta sp. Banyak varian cupang yang dijajakan seperti cupang Koi, Slayer, Rafatar, Super Red, Super Black dan banyak lagi, kisaran harga juga bervariasi dari Rp. 50.000,- sampai jutaan rupiah, ikan kecil yang memiliki harga fantastis. Salah satu jenis yang sangat unik yang dimiliki Pengkolan Betta adalah jenis Giant Betta atau cupang besar, ukurannya tentu berbeda dari cupang lainnya, biasanya cupang berukuran 3-5cm, jelas berbeda dengan Giant Betta, ikan ini bisa berukuran 12,5cm dan jika berbicara harga, ikan ini jika memiliki Grade atau khualitas unggul bisa mencapai harga 5-10 juta per ekor, berbeda lagi jika ingin memelihara bibitnya, harganya bisa mencapai 2x lipat dari harga satuan.

Dwi juga tidak hanya menjual tetapi ia juga membudi dayakannya, dengan sabar dan telaten, dari hasil budidayanya banyak muncul varian warna dan jenis baru yang lahir di penangkarannya, ia juga tak pelit ilmu akan cara budidaya, perawatan dan pelajaran jenis-jenis cupang, Dwi juga menyarankan bagi pemula yang ingin memelihara cupang untuk bisa mengatur dan memperhatikan khualitas air, mengganti air dan pakan. “cupang juga ada penyakitnya, namanya juga hewan hidup, tapi semua ada obat dan solusinya” terangnya kepada team peliputan. Penyakit yang sering menimpa ikan cupang salah satunya adalah white spot (jamur), jika ada cupang yang terkena white spot, ikan harus di karantina, diberikan obat khusus white spot atau dengan menambahkan garam dan air rendaman daun ketapang yang sudah layu dan rajin menjemur di bawah terik matahari, dengan begitu ikan bisa pulih kembali.

Dari hobi yang ia tekuni sampai akhirnya menjadi ladang bisnis baginya, membuat Dwi lebih senang untuk menjalankan usahanya sendiri dan berbicara omset, omset dari usaha ini dalam sebulan, Dwi bisa meraup keuntungan dari 2-3 juta perbulan namun saat musim ikan cupang naik seperti saat ini, Dwi bisa meraup keuntungan 2xlipat lebih besar dari sebelumnya. Tertarik budidaya dan usaha ikan cupang? Mari kita dukung usaha-usaha lokal di daerah kita dan bangga dengan produk sendiri. (Try)