Tentang Pulang Kampung, Syafrudin: Saya Sangat Rindu Opor dan Engkak.

Tentang Pulang Kampung, Syafrudin: Saya Sangat Rindu Opor dan Engkak.

Tentang Pulang Kampung, Syafrudin: Saya Sangat Rindu Opor dan Engkak.

Serang,- Lebaran Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat muslim diseluruh dunia, Indonesia salah satu negara asia dengan pemegang agama Islam terbesar selalu merayakan momen lebaran Idul Fitri dengan suka cita.

Selama dua tahun Indonesia diterpa wabah virus covid-19 yang memaksa kita untuk menahan rindu akan kampung halaman demi menekan angka penyebaran covid-19 agar tidak semakin luas. Namun pada tahun 2022 presiden Joko Widodo membolehkan kembali bagi masyarakat untuk melakukan mudik dan sholat Eid secara massal dan terbuka.

Pada hari Senin (01/05/22) atau 1 Syawal 1443 Hijriah sholat Eid diadakan secara terbuka dibeberapa tempat di Kota Serang seperti Masjid Ats-Tsauroh dan Alun-alun Barat Kota Serang. Pada sholat Eid tahun ini Syafrudin ikut beribadah dan menyapa masyarakat kota Serang setelah selesainya ibadah sholat Eid tersebut.

Syafrudin juga akan melakukan pulang kampung alias mudik ke daerah Bojonegara, Kabupaten Serang, meski terlihat tidak begitu jauh namun kesibukan dan kewajiban Syafrudin sebagai orang nomor satu di kota Serang yaitu Wali Kota Serang, yang berkewajiban mengayomi masyarakat kota Serang membuat Syafrudin harus menyelesaikan tanggung jawab tersebut.

Tahun ini Syafrudin memanfaatkan hari libur sebagai momentum untuk berkumpul kembali bersama keluarga dan sanak saudara di kampung Bojonegara tersebut, Syafrudin juga sangat merindukan masakan khas daerah tersebut yaitu Engkak dan masakan rumah yang juga khas disajikan saat momen lebaran yaitu Opor ayam.

"Yah ini sebagai momentum untuk kita bertemu keluarga besar, saling berbagi dan melepas rindu, dan juga sangat merindukan makanan khas lebaran di Bojonegara, Opor ayam dan Engkak itu yang belum kesampaian" Ujar Syafrudin sambil tersenyum.

Engkak sendiri merupakan makanan khas Bojonegara dengan tampilan seperti lapis legit namun memiliki tekstur yang cukup lembut dan gurih dengan bahan utama tepung ketan, dengan proses pemasakan tradisional menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. (TY/RED).

 

Pembuat Artikel : Try Yudhistira, S.Kom

Editor : Bagus Setya Kurniawan, SH, MH