29 Apr 2025
WIB
Berita Pemerintahan

Gempa di Turki dan Suriah terjadi pada 6 Februari 2023 dini hari. Ada tiga kali gempa susulan yang menghantam dua negara tersebut. Setelah gempa pertama yang berkekuatan 7,8 Skala Richter (SR), wilayah ini diguncang gempa susulan berkekuatan 6,7 SR. Gempa berkekuatan 7,5 SR terjadi beberapa jam kemudian, disusul dengan gempa 6,0 SR pada sore hari.

Hingga hari ini, Rabu (8/2/2023) korban tewas akibat gempa Turki dan Suriah terus bertambah. Kini total korban tewas menjadi sekitar 7.800 orang. Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengatakan dalam konferensi pers pada Selasa kemarin jumlah korban jiwa di Turki meningkat menjadi 5.434 korban jiwa. Menurut Koca, setidaknya 31.777 orang terluka di Turki akibat gempa tersebut.

Sementara itu, total korban jiwa di Suriah menembus 1.832 orang. Jika dirinci, organisasi sukarelawan Suriah Helm Putih atau dikenal sebagai Pertahanan Sipil Suriah memperbarui jumlah korban tewas di Suriah barat laut menjadi 1.020 di daerah yang dikuasai oposisi.

Sesuai media pemerintah Suriah, setidaknya 812 orang tewas di daerah yang dikuasai pemerintah. Ini membuat total korban tewas di Suriah menjadi setidaknya 1.832. Secara keseluruhan, korban luka-luka akibat gempa tersebut menembus 35.626 orang di kedua negara.

Dilansir dari Agence France-Presses (AFP), sejumlah orang di jalanan mencoba membakar puing-puing bangunan. Puing-puing yang terbakar digunakan untuk menghangatkan badan di tengah cuaca dingin. Petugas penyelamat terus berusaha mencari korban. Salah satu yang paling heroik adalah menyelamatkan bayi yang baru saja lahir di puing-puing bangunan di Suriah. Bayi itu masih terikat tali pusat ibunya. Sayangnya, ibunya tewas tertimpa reruntuhan.

"Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata saksi mata, Khalil al-Suwadi, kepada AFP.

"Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit." sambungnya.

Proses pencarian korban gempa Turki terhambat setelah hujan salju melanda lokasi terjadinya gempa. Beberapa hujan salju masih mungkin terjadi sepanjang hari ini. Cuaca musim dingin yang ekstrem juga menghambat upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan. Kondisi ini membuat keadaan korban gempa semakin menyedihkan. Beberapa daerah bahkan sudah kehabisan bahan bakar dan warganya hidup tanpa listrik.

Sejauh ini sudah ada delapan negara yang memberikan bantuan gempa Turki, dikutip dari laman BBC, India, Inggris, China, Pakistan, Indonesia, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.

Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menetapkan tujuh hari masa berkabung nasional setelah gempa terjadi, selain itu juga Presiden Erdogan mengumumkan status darurat bencana selama tiga bulan usai gempa mengguncang negaranya.

Presiden Erdogan juga menegaskan akan mengirim lebih dari 50 ribu personel penyelamat ke daerah terdampak. Selain itu, pemerintah setempat mengalokasikan 100 miliar lira atau setara Rp 80 triliun untuk dana bantuan.

Sementara itu kondisi WNI terdampak gempa Turki, sebanyak 104 WNI terdampak gempa Turki akan dievakuasi ke ibu kota Ankara. Tim KBRI Ankara mengevakuasi 104 WNI dari lima titik, yaitu Gaziantep, Kahramanmara, Adana, Hatay, dan Diyarbakr.

"Mereka akan dievakuasi ke Ankara," ujar Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah,

Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal mengemukakan, para WNI tersebut harus dievakuasi ke Ankara karena mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal yang layak. Sementara itu, rumah penampungan atau safe house yang disiapkan oleh pemerintah setempat sudah melebihi kapasitas.

"Untuk saat ini, mereka ada yang tinggal di masjid, stadion olahraga, dan di tenda-tenda di lapangan," ucapnya.

Selain itu, KBRI Ankara juga akan mengevakuasi korban WNI yang mengalami luka-luka akibat gempa. Hingga Selasa kemarin, tercatat 10 WNI mengalami luka-luka, empat di antaranya sudah mendapat perawatan di rumah sakit setempat, sedangkan enam lainnya, termasuk 6 orang yang mengalami patah tulang akan dievakuasi untuk kemudian dirawat di rumah sakit di Ankara. (WA-HS/RED)

 

Share: