
Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin mengajak masyarakat untuk berani melakukan deteksi kanker sejak dini. Sebagai upaya untuk mendukung langkah pemerintah menemukan kanker pada stadium yang lebih dini. Hal ini disampaikan langsung saat menghadiri peringatan Hari Kanker Sedunia di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (4/2/2023).
“Yuk bantu kementerian kesehatan bersama-sama untuk melakukan sosialisasi, edukasi, promosi, untuk deteksi kanker ini, kami butuh tenaga dan energinya untuk bantu masyarakat” ucapnya.
Kanker menjadi peringkat tiga besar penyebab kematian di dunia. Estimasi dari IARC (International Agency of Cancer Research) pada tahun 2040 angka kasus kanker baru dapat mencapai 30,2 juta kasus dengan angka kematian mencapai 16,3 juta kasus. Sekitar 70% dari kasus kanker baru akan berasal dari negara berpendapatan rendah hingga menengah.
Data GLOBOCAN tahun 2020 menunjukkan terdapat 19.292.789 kasus kanker baru di dunia dengan 3 kasus terbanyak adalah payudara, paru dan kolorektal. Di Indonesia sendiri terdapat 396.914 kasus kanker baru pada tahun 2020 dengan sebagian besar pasien datang berobat pada stadium lanjut. Kanker payudara dan kanker leher rahim mendominasi kejadian kanker pada wanita. Sementara Kanker paru-paru dan kolorektal mendominasi kejadian kanker pada pria.
Menkes Budi mengatakan kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan banyak kematian di Indonesia. Bagi perempuan, kanker payudara menjadi penyebab utama kematian.
''Upaya yang harus dilakukan adalah skrining yang tepat. Kanker yang teridentifikasi lebih awal melalui skrining memiliki tingkat kesembuhan sekitar 90%. Sementara apabila kanker teridentifikasi di stadium akhir maka tingkat kematiannya mencapai 90%,'' ujar Menkes Budi di RS Kanker Dharmais, Jumat (3/2/2023).
Menkes Budi juga menyebutkan jika kanker yang ditemukan pada stadium yang lebih dini, diyakini dapat meningkatkan peluang kesembuhan hingga 80-90%. Salah satu upayanya melalui deteksi dini.
"Deteksi dini pada kanker dapat dilakukan dengan beberapa Metode, seperti contohnya untuk Breast Cancer cara pengecekan dapat menggunakan metode SADANIS (Pemeriksaan Payudara Secara Klinis) dan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)." ucapnya.
"Langkah reflektif dari pemerintah sudah mulai berjalan, seperti penyediaan alat pemeriksaan kanker, pemerataan penyebaran alat kesehatan dari 514 kabupaten dan kota, serta beasiswa untuk dokter umum dan spesialis kanker. Namun, masih sangat diperlukan penguatan pada upaya promotif di masyarakat." sambungnya.
Selain itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) bekerja sama dengan Pelayanan Kanker Terpadu Instalasi Pelayanan Onkologi Radiasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (PkaT- IPTOR RSCM), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan institusi lainnya menyampaikan komitmen untuk membantu pemerintah dalam melakukan edukasi Kanker di 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
“Karena kita ketahui bahwa yang melakukan pengobatan kanker itu memang urusan hospital, akan tetapi kalo kita melakukan control, maka semua stakeholder dalam satu negara harus ikut bekerja, yuk lakukan dekteksi dini sesuai anjuran pemerintah” ujar ketua PORI Prof. Dr dr. Soehartati Gondhowiardjo.
Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan RI juga menjalin kerja sama dengan The University of Texas MD Anderson Cancer Center untuk mengatasi masalah kanker di Indonesia. Hal ini itandai dengan penandatanganan kesepakatan kerja atau Memorandum of Understanding (MOU) yang dilaksanakan di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada Jumat lalu.
Rumah Sakit Kanker Dharmais ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan untuk menjadi pelaksana kerja sama tersebut. Adanya kolaborasi antara Kementerian Kesehatan dan The University of Texas MD Anderson Cancer Center, diharapkan pasien kanker dapat lebih mempercayakan pengobatan penyembuhannya di 144 rumah sakit pemerintah Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Direktur Utama RS Dharmais dr. R. Soeko Werdi Nindito, MARS mengatakan terkait rumah sakit kanker setidaknya ada 4 hal yang penting diperhatikan, yakni pertama tentang pelayanan, kedua pendidikan atau pelatihan, ketiga penelitian, yang terakhir adalah data.
''Jadi, bagaimana nanti RS Dharmais sebagai implementasi unit dari Kementerian Kesehatan untuk pelayanan kanker yang bekerja sama dengan MD Anderson, kita akan menguatkan 4 hal ini. Satu hal lagi bahwa ada program komprehensif kanker yang sudah dimiliki Indonesia, kita akan integrasikan dengan teknologi yang dimiliki oleh MD Anderson,'' ungkap dr. Soeko. (WA-HS/RED)
Pembuat artikel: Wafa Amatullah & Benies Husaeni, M.Pd
Share:
Categories
More News





