Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten, Bermula dari Penyebaran Islam Hingga Adu Ayam Sakti

Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten, Bermula dari Penyebaran Islam Hingga Adu Ayam Sakti

Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten, Bermula dari Penyebaran Islam Hingga Adu Ayam Sakti

SuaraBanten.id, BANTEN - Mungkin tak banyak orang tahu tentang sejarah berdirinya kerajaan Banten, Bermula dari penyebaran Islam hingga adu ayam sakti. Jauh sebelum terbentuk Provinsi Banten yang merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2.000, Banten sudah dikenal masyarakat dunia. Banten dikenal tak lepas dari sejarah Kesultanan Banten.

Dalam ulasan SuaraBanten.id kali ini, banyak kisah yang dirangkum tentang sejarah Kesultanan Banten. Mulai dari kiprah penyebaran agama Islam di Banten oleh Syaikh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal Sunan Gunung Jati hingga diturunkan ke putranya Maulana Hasanudin. Sebelum agama islam berkembang, masyarakat Banten masih hidup dalam tata cara kehidupan tradisi prasejarah dan dalam abad-abad permulaan masehi ketika agama Hindu berkembang di Indonesia.

Hal ini dapat dilihat dari peninggalan purbakala dalam bentuk prasasti arca-arca yang bersifat Hinduistik dan banguan keagamaan lainnya. Sumber naskah kuno dari masa pra Islam menyebutkan tentang kehidupan masyarakat yang menganut Hindu. Sekitar permulaan abad ke 16, di daerah pesisir Banten sudah ada sekelompok masyarakat yang menganut agama Islam. Penyebarannya dilakukan oleh salah seorang pemimpin Islam yang dikenal sebagai wali berasal dari Cirebon yakni Sunan Gunung Jati dan kemudian dilanjutkan oleh putranya Maulana Hasanuddin untuk menyebarkan secara perlahan-lahan ajaran agama Islam daerah Banten.

Dikutip dari Dinas Pariwisata Provinsi Banten, setelah menjadi raja atau sultan pertama di Banten sultan Maulana Hasanuddin sangatlah berpengaruh dalam penyebaran Islam di Banten, karena beliau adalah seorang Sultan yg pertama kali menjadi penguasa di kerajaan Islam di Banten. Bahkan ia mendapatkan gelar Pangeran Sabakingking atau Seda Kikin, gelar tersebut di persembahkan dari kakeknya yaitu Prabu Surasowan pada masa itu Prabu Surasowan menjabat menjadi Bupati di Banten. Sultan Maulana Hasanuddin adalah putera dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) dan Nyi Kawunganten (Putri Prabu Surasowan), beliau adalah seorang sultan yg mengerti akan ekonomi dan politik. Setelah kakeknya meninggal, kini pemerintahan Banten diwariskan kepada anaknya, yakni Arya Surajaya atau Prabu Pucuk Umun yang menganut Agama Hindu.

Pada pemerintahan Arya Surajaya, Syarif Hidayatullah kembali ke Cirebon atas panggilan dari kepengurusan bupati di Cirebon, karena Pangeran Cakrabuana wafat. Lalu Syarif Hidayatullah di angkat menjadi bupati di Cirebon sekaligus menjadi Susuhanan Jati sedangkan puteranya Hasanuddin memilih menjadi guru agama islam di Banten, bahkan beliau di kenal memiliki banyak santri di wilayah Banten, lalu beliau mendapatkan gelar Syaikh menjadi Syaikh Hasanuddin. Pada masa pemerintahan Prabu Pucuk Umun, hubungan antara Prabu Pucuk Umun dan Sultan Maulana Hasanuddin sangatlah buruk, Prabu Pucuk Umun tetap bersih Kukuh untuk mempertahankan ajaran Sunda Wiwitan (agama Hindu sebagai agama resmi di Pajajaran) di Banten. (FIF/Red)

 

Sumber : SUARABANTEN.ID

Penulis Artikel : Fadhlan Imam Febriawan

Editor : Bagus Setya Kurniawan, SH., MH