
Pernah dengar istilah nasi nangis? Apa benar-benar nangis? Secara alamiah memang nasi tidak akan bisa menangis layaknya manusia, mengeluarkan air mata atau merengek layaknya bayi. Tapi makna dari hal tersebut bukan lah seperti itu.
Nasi yang kita makan sehari-hari mengalami proses yang sangat panjang, dari penyemaian biji (bibit), ditanam dengan harapan dan perhatian oleh para petani, dirawat dan dijaga agar terhindar dari hama, disirami dan dialiri air bersih dengan proses tanam hingga panen yang membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Belum sampai disitu padi yang sudah merunduk atau dipanen harus melalui proses selanjutnya, yaitu pemisahan gabah dari batang, setelah itu baru pemisahan beras dari kulitnya (gabah), lalu digiling agar mendapatkan beras yang bersih dan layak untuk dimasak, setelah itu barulah beras bisa diproses untuk menjadi nasi.
Proses yang panjang itu sangatlah rumit dan beresiko tinggi karena petani bisa mengalami gagal panen, karena cuaca yang tidak menentu, hama, dan faktor lain yang bisa menyebabkan gagal panen. Maka saat kita memakan nasi orang tua dulu pasti berucap "jangan disisakan nasinya nanti nasinya nangis" Hal itu memaknai bahwa selain proses tanam hingga memasaknya butuh waktu yang cukup lama dan membeli beras tersebut dengan uang hasil keringat, orang tua dulu berucap hal tersebut dengan maksud agar kita bersyukur dengan cara tidak menyisakan makanan dan ambil makanan secukupnya.
Selain hal tersebut masih banyak daerah dan negara lain yang gizi buruk hingga kekurangan makanan, dengan kita tidak menyisakan makanan membuat kita bersyukur dan menghargai saudara kita yang tak mampu atau kesulitan untuk membeli makanan. (TY/RED).
Foto : Istimewa
Penulis artikel : Try Yudistira, S. Kom
Editor : Bagus Setya Kurniawan, SH, MH
Share:
Categories
More News





