Siapa yang tak asing dengan lantunan suara sang maestro ini sebut saja lagu yang pernah ia populerkan seperti kisah kasih di sekolah, pergilah kasih, merpati putih, kangen, dan banyak lagi lagu-lagu yang pernah ia buat dan populerkan.
Chrisye dilahirkan dengan nama Christian Rahadi di Jakarta pada tanggal 16 September 1949 di keluarga Laurens Rahadi (Lauw Tek Kang), seorang wirausaha keturunan Betawi-Tionghoa, dan Hanna Rahadi (Khoe Hian Eng), seorang ibu rumah tangga keturunan Sunda-Tionghoa. Dia anak kedua dari tiga anak laki-laki yang dipunyai pasangan tersebut; saudaranya bernama Joris dan Vicky. Setelah masa kecilnya dihabiskan di Jalan Talang, dekat Menteng, Jakarta Pusat, pada tahun 1954 keluarga itu berpindah ke Jalan Pegangsaan (di Menteng)
Waktu masih belajar di SMA, Chrisye main gitar bas dalam sebuah band yang ia bentuk bersama kakaknya, Joris. Pada akhir dasawarsa 1960-an dia menjadi anggota band Sabda Nada (yang kemudian hari berganti nama menjadi Gipsy). Pada tahun 1973, setelah mengambil cuti beberapa lama, dia mengikuti band tersebut ke New York untuk main musik. Setelah kembali ke Indonesia untuk waktu singkat, dia kembali ke New York dengan band lain, yaitu The Pro's. Sekembali ke Indonesia, pada tahun 1976 dia bekerja sama dengan Gipsy dan Guruh Soekarnoputra untuk merekam album indie Guruh Gipsy.
pada awal tahun 1981, dia mulai mendekati sekretaris Guruh Soekarnoputra, yaitu Gusti Firoza Damayanti Noor (Yanti). Yanti, yang mempunyai keturunan Dayak dan Minang, juga seorang penyanyi dan berasal dari keluarga musisi; dia sering membahas musik dengan Chrisye saat Chrisye menunggu Guruh, dan mereka juga bertemu saat Chrisye mengunjungi kakaknya, Raidy, yang merupakan salah satu temannya.
Saat Yanti pindah ke Bali untuk bekerja di hotel bintang lima selama beberapa minggu, Chrisye mengikutinya dan menyatakan bahwa dia siap menikahinya ketika Yanti kembali ke Jakarta; biarpun itu bukan lamaran resmi, Yanti menerima. Pada tahun 1982 Chrisye masuk Islam, sebab Islam tidak mengizinkan pernikahan antara wanita Muslim dengan pria non-Muslim; Pada tanggal 12 Desember 1982 Chrisye dan Yanti menikah di suatu acara bergaya adat Padang. Lalu merubah namanya menjadi Chrismansyah Rahadi dan menunaikan ibadah haji.
Ada cerita menyentuh dalam karier bermusik sang maestro ini, saat tercipta lagu "Ketika Tangan dan Kaki Berkata" Lagu ini ditulis oleh Taufiq Ismail, saat itu Chrisye meminta Taufiq untuk menuliskan lagu religi dan di sanggupi oleh Taufiq dalam sebulan namun saat perjalanan pembuatannya Taufiq selalu mendapat hambatan ide, namun pada akhir deadline-nya, Taufiq pada saat itu sedang mengaji dan membaca surat Yaasin dan terhenti pada ayat 65.
Makna ayat ini tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa, kata Taufiq. Ia akhirnya memindahkan pesan ayat tersebut ke dalam lirik lagu dan ketika pita rekaman sudah di tangan Chrisye, terjadi hal yang tidak biasa. Ketika ia berlatih lagu tersebut di kamar, baru dua baris, Chrisye menangis dan ketika ia mencoba, menangis lagi.
Yanti, istri Chrisye, sampai syok melihat hal tidak biasa tersebut. Lirik lagu tersebut begitu merasuk kalbu dan menghadapkan kenyataan betapa manusia tidak berdaya ketika hari akhir tiba. Lagu itu adalah "Ketika Tangan dan Kaki Berkata". "Akan datang hari mulut dikunci, kata tak ada lagi. Akan tiba masa tak ada suara, dari mulut kita" itulah lirik lagunya. Sepanjang malam dia gelisah, lalu ditelponlah Taufiq dan diceritakan kegelisahannya. Taufiq mengatakan bahwa lirik lagu tersebut diilhami surat Yaasiin: 65.
Disarankan kepada Chrisye, agar tenang. Di studio rekaman hal itu terjadi lagi. Chrisye mencoba, tetapi baru dua baris sudah menangis. Dan berulang kali hasilnya sama. Erwin Gutawa yang menunggu sampai senewen. Yanti lalu shalat untuk khusus mendoakannya. Akhirnya dengan susah payah, Chrisye berhasil menyanyikannya hingga selesai. Rekaman itu sekali jadi, tidak diulang karena Chrisye tak sanggup menyanyikannya lagi. Menurut Yanti sejak itu Chrisye tidak pernah lagi meninggalkan salat dan tidak pernah sanggup menyanyikan lagu itu lagi. (TY/RED).
Foto : Istimewa
Penulis artikel : Try Yudistira, S. Kom
Editor : Bagus Setya Kurniawan, SH, MH